Sabtu, 04 Juni 2011

Menikah = Mandiri dari orang tua......???

 Ketika seseorang sudah berani memutuskan untuk menjalani hidup baru dalam suatu bahtera rumah tangga, itu artinya ia sudah siap hidup mandiri dan lepas dari kenyamanan yang ia nikmati didalam kehangatan kasih sayang serta perhatian yang tercurah dari kedua orang tuanya. Kehidupan baru yang akan ditempuh merupakan titik awal dari perjalanan hidupnya bersama pilihan hatinya. Dan sesungguhnya  bukanlah perkara mudah bagi kedua orang tuanya untuk melepaskan buah hati dan memindahkan tampuk tanggung jawab yang telah mereka emban selama bertahun-tahun ke tangan pilihan buah hati mereka itu. Ada perasaan berat, tidak rela namun kedua orang tua menyadari sepenuhnya bahwa buah hati mereka telah beranjak dewasa dan saatnya menjalani arti kehidupan yang sesungguhnya.
                                             
Tidaklah dapat dipungkiri bahwa dalam memulai lembaran baru dalam jalinan pernikahan tidak saja selalu bergelimang kebahagiaan. Riak-riak serta gejolak emosi dua insan yang tengah berusaha mencari kesamaan visi dan misi tekadang menghiasi perjalanan jalinan pernikahan. Keributan kecil maupun besar sekalipun seringkali menari menjemput wujud cinta yang sesungguhnya. Ketika kedua insan mampu menengahi ego diri masing-masing maka kebahagiaan akan selalu mewarnai hari-hari mengalahkan pertengkaran yang dijadikan warna warni bahtera keluarga kecil mereka. Namun adakalanya, emosi berkibar merenggut akal sehat. Bilamana sudah seperti ini, orang tua menjadi tempat pelarian untuk mencari ketenangan dan kedamaian. 

Teringat ketika ku harus meninggalkan kota kelahiranku untuk mengikuti suamiku. Begitu berat rasanya melepaskan keluaragaku dan berpindah ke kota lain. Padahal sebelum menikah, Bapak begitu over protective dan tidak pernah mengijinkanku menginap dirumah teman yang masih dikota yang sama, apalagi harus keluar kota. Aku harus menguatkan tekad dan harus berani berjuang melawan ketidakmandirian yang selama ini kubiarkan hadir. Seorang tetangga mengingatkanku sebelum kepergianku ke kota kelahiran suami, bahwasanya jika aku nantinya disana sedang sedih, galau, marah, ataupun ada masalah dengan suami, jangkan ceritakan kepada orang tua sebab hal ini akan menjadi beban pikiran mereka. Ia menambahkan, bahwa saya harus mengatakan kalau saya selalu dalam keadaan bahagiaaaa....
Filosofi itu terus kudengungkan dalam hatiku. Walaupun tak sepenuhnya bisa kujalani, aku berusaha tidak menceritakan hal-hal buruk kepada orang tuaku. Namun aku tetap rajin menghubungi mereka dan meminta pendapat mereka jika ada hal-hal yang ingin kutanyakan.

Ketika kedua orang tua sudah melepaskan anak mereka ke tangan orang lain (dibaca: menikahkan), itu artinya orang tua sudah menunaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan baik. Dimulai dari mengurus kita dari kita masih menjadi bayi merah yang hanya bisa menangis minta pelukan hangat, senandung menjelang tidur serta timangan penuh cinta yang tercurah untuk kita. Kemudian kita mulai belajar merangkak, berjalan, berlari...dengan sangat penuh kesabaran mereka menjaga dan merawat kita tanpa mengeluh bahkan bersedia melakukan apasaja untuk melihat kita tersenyum bahagia walaupun mereka harus mengorbankan tenaga, waktu dan uang. Terbayangkah kita berapa total dari semuanya itu??? Sanggup kah kita membayar semuanya??

Ketika kita dengan yakin mengatakan bahwa kita belum sanggup membayar semua pengorbanan kedua orang tua kita, apakah kita masih harus memberikan kedua orang tua kita tanggung jawab mengurus dan menjaga anak-anak kita lagi? mungkin mereka bahagia bisa menjalani hari-hari tua mereka bersama cucu mereka. Menjalani bukan berarti harus menjaga mereka seharian sementara kita sebagai orangtua mereka malah asik bergelut dengan karir serta setumpuk pekerjaan kantor yang tidak pernah ada habisnya. Owhhh.... sungguh, bila saja aku orang yang punya banyak uang, akan kubawa serta orang tuaku mengunjungi Baitullah, berplesiran ke tempat-tempat wisata, memanjakan mereka dengan hal-hal indah sehingga mereka bisa menikmati masa tua mereka dengan tawa bahagia, bukannya dengan menambah beban hidup mereka dengan setumpuk tanggung jawab yang sesungguhnya adalah tanggung jawab kita...

Kepada Bapak dan Mamah... kedua orang tua ku yang dengan amat penuh kasih sayang mencintai anak-anaknya setulus hati, yang telah menjaga dan merawat kami sejak kami masih dalam kandungan, mendidik kami hingga kami bisa mengerti arti sebuah kehidupan, yang senantiasa mengingatkan kami manakala kami berbuat salah, mengarahkan kami hingga jalan kami kembali ke jalan yang benar. Sungguh... kami mohon maaf atas segala kenakalan,serta kelakuan kami yang tidak berkenan dihati Bapak dan Mamah. Kami sangat berterima kasih atas segala pengorbanan Bapak dan Mamah untuk kami. Kami amat menyadari bahwa kami tidak akan mampu melunasi hutang-hutang kebahagiaan yang telah tercurah untuk kami selama ini. Maafkan kami bilamana kami belum bisa memberikan kebahagiaan yang indah kepada Bapak dan Mamah.... hanya doa yang bisa kami panjatkan kepada Allah agar senantiasa melimpahkan rahmat-Nya serta nikmat sehat dan bahagia kepada Bapak dan Mamah....
Dari sini aku ingin mengatakan bahwa aku amat sayang pada Mamah dan Bapak... Mungkin aku belum bisa menjadi seseorang yang kau citakan...tapi aku sudah menjadi sosok manusia yang sedikit mengerti arti kehidupan dari belajar pada kedua orang tua yang amat hebat. Terima kasih untuk Bapak... dan Mamah...

Peluk dan sayang dariku Mah...Pak...
*bursts in tears*


Your beloved daughter,
---- rHeN-----




**Dedicated to my great beloved parents...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar